Tepat di tanggal 22 Mei 2017, banyaknya pemuda indonesia merasakan sebuah patah hati yang sangat dalam dan sakit rasanya. Bagaimana tidak, pada tanggal tersebut lah Raisa resmi dilamar oleh Hamish Daud. Seorang penyanyi yang sangat pacar-able, perempuan yang sangat didambakan oleh banyak lelaki di Indonesia, tau-taunya udah mau nikah aja.
Hal tersebut pun terjadi juga kepada gue, seorang remaja yang stress memikirkan bagaimana nasib cintanya. Bukan, ini bukan masalah Raisa. Ini masalah gue sendiri. Masalah perasaan gue yang kian bertambah seiring hari. Udah kayak main kloning sendiri perasaannya, jadi makin tambah banyak. Namun dengan bertambahnya pula rasa sayang, otomatis bertambahnya juga beban rasa sakit yang gue terima.
Gue mengalami patah hati cuman karena gue belum menjadi yang terbaik untuk dia. Mungkin ga bakalan pernah bisa, gue orang yang sentimental, emosian, terlalu terbawa dengan perasaan. Lebih dari seribu alasan mengapa gue bukanlah orang yang pantas untuk dia. Gue tau hal itu, namun gue tetap memaksa.
Beginilah nasib seseorang yang mencintai seorang perempuan yang statusnya sudah menjadi pacar orang. Perasaan gue bukanlah hal yang mudah untuk gue pertahankan. Gue terlalu berharap, jelas. Karena hanya dia yang bisa bikin gue tenang. Tau bagaimana rasanya nyaman. Disaat gue mempunyai banyak masalah yang sangat mengganggu rutinitas gue. Dia hadir hanya dengan sapaan biasa kepada gue, dengan senyum manisnya. Sudah dapat membuat gue tenang dan melupakan masalah itu sejenak.
Gue bakal ngelakuin apa aja, walaupun dengan cara yang salah ataupun benar. Yang penting dia bahagia. Walaupun dengan cara ngorbanin perasaan yang gue punya saat ini. Memang gue sudah terlatih untuk patah hati. Namun tidak dengan patah hati berkali-kali dengan orang yang sama.
Tepat sebulan lebih gue berusaha untuk menghiburnya, ngelakuin yang terbaik buat dia. Namun akhir-akhir ini malah semakin bikin dia ngejauh. Mungkin adanya fakta bahwa pacarnya sudah memberi perhatian penuh. Seolah-olah kejadian selama satu bulan yang lalu ga berarti apa-apa. Seolah gue hanyalah orang pengganti saat pacarnya ga ada.
Dia ga ngelakuin hal yang salah, ga. Dia terjebak dengan yang namanya status dan rasa cinta kepada orang lain. Ditanggal 22 Mei 2017, gue mengalami sebuah perjalanan. Perjalanan yang membawa pikiran gue terbuka bebas. Berpikir lepas. Namun tetap saja hati berkata lain. Bagaimanapun logika bekerja tetap hati yang paling benar kan?
Sepanjang jalan, gelap keadaannya. Gue hanya menunggu balasan pesan darinya. Dari dimulainya hari sampai bergantinya hari. Tetap gue selalu menunggu dia. Gue datang dengan niat untuk menemani. Karena gue tau gimana rasanya kesepian berharap orang yang kita sayang datang untuk menemani kita, seolah orang-orang ga pernah datang untuk memperhatikan keberadaan kita. Dengan keadaan bagaimanapun juga. Namun apa usaha yang gue lakuin tetaplah salah, egois memang. Memikirkan perasaan gue tanpa memikirkan perasaan dia.
Sepanjang jalan pulang juga gue ga bisa tidur dan hanya bisa memikirkan dia. Gue hanya bisa mikir untuk apa dia ngeharapin sesuatu yang tidak pasti. Sedangkan tepat dihadapannya ada seseorang yang rela untuk mati hanya untuk dia. Ya lebay memang, namun benar kenyataan perasaan yang gue punya saat ini. Yang pastinya, ada seseorang yang siap untuk ngebahagiain dia, namun tetap dia tidak memilihnya. Gue hanya bisa menunggu, berharap, walaupun gue tau akhir ceritanya bakalan gimana.
Ya tepat tanggal 22 Mei 2017, hari yang tepat untuk menjadi #haripatahhatinasional untuk para pemuda yang mendambakan Raisa. Hari yang tepat buat gue untuk kembali mengingat kalau gue tidak akan pernah pantas untuk dia. Semoga tuhan berkata lain dihari nanti.
Selasa, 23 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar